DENGAN gerak tangan yang lincah, lelaki itu menyeduh campuran kopi, susu kental dan susu cair dari ceret bercorong panjang ke sebuah gelas. Tak hanya sekali, hal itu ia lakukan berulang-ulang hingga menghasilkan percampuran yang sempurna. Dengan gerak cepat, atraksi memindahkan campuran kopi dan susu dalam dua wadah yang berbeda ini, tampak seperti orang yang sedang menarik-narik tali.
Hasilnya, segelas kopi berwarna kecoklatan dengan buih lembut di permukaan minuman siap tersaji. Tergantung selera Anda, menyeduhnya dalam keadaan panas atau dingin.
“Itu sebabnya dinamakan kopi tarik (coffee tariek) karena memang proses menyeduhnya seperti orang yang sedang menarik tali. Proses memindah-mindahkan dengan dua wadah ini juga membantu mendinginkan suhu minuman dan memberikan lapisan busa yang lembut di permukaan minuman,” jelas Achmad Soleh, Manager Killiney Kopitiam Trans Studio Mall Makassar, beberapa waktu lalu.
Di samping kopi tarik, kata Achmad, juga tersedia teh tarik dan milo tarik dengan proses penyeduhan yang sama. Menariknya, kopi dan teh tarik ini diberi nama yang unik sesuai dengan bahan membuatnya. Coffee C, untuk kopi yang hanya memakai tambahan gula dan susu, Coffee CO yang hanya memakai susu saja, Coffee O buat yang hanya memakai gula serta Coffee OO buat racikan kopi yang sama sekali tidak menggunakan tambahan gula dan susu. Hal yang sama juga berlaku bagi teh tarik.
Sejarah panjang Killiney Kopitiam sendiri berawal sejak tahun 1919 di bilangan Killiney Road, Singapura, di sebuah kedai kopi sederhana dengan sistem seduh tradisional yang kemudian disuguhkan langsung. Selanjutnya, berekspansi hingga Malaysia dan Indonesia.
“Hingga saat ini, Killiney Kopitiam sudah memiliki 18 oulet yang tersebar di lima besar kota di Indonesia, yakni Medan, Batam, Jakarta, Surabaya dan Makassar. Khusus di Makassar, outlet di Trans Studio Mall merupakan outlet pertama di Indonesia Timur dan rencananya bakal buka di Manado,” imbuh Achmad.
Meski terkesan high class dan berlokasi di tempat-tempat premium, namun Killiney Kopitiam mencoba menebarkan suasana nyaman dan sederhana layaknya warung kopi kebanyakan. Sentuhan kayu tampak memenuhi interior ruangan, mulai dari dinding hingga kursi-kursi kayu yang dipadukan dengan meja marmer.
Kesan tradisional diperkuat dengan termos-termos tempo dulu yang dipajang di beberapa sudut dan lantai yang dipoles semen polos. Apalagi, dengan konsep semi open kitchen yang membuat pengunjung bisa menyaksikan langsung proses seduh kopi tarik dan teh tarik yang terbilang unik.
“Intinya, kami ingin pengunjung betul-betul menikmati suasana nyaman dan betah. Selain dilengkapi fasilitas wi-fi, pengunjung yang termasuk perokok berat pun tetap bisa melampiaskan hasratnya untuk merokok,” kata Achmad.
Bagi yang tak ingin sekadar ngopi atau nge-teh, sepotong kaya toast manis (roti bakar) yang disajikan berupa empat tangkup roti pun bisa menjadi pendamping sempurna. Ada tiga pilihan, yakni roti tawar biasa, roti gandum dan French Toast yang rotinya berukuran lebih tebal.
Sedangkan untuk makanan, Singapore Laksa, Chicken Curry, Toast, Prata dan masakan khas Singapura lainnya bisa menjadi pelengkap waktu bersantai Anda. [Adi Pallawalino]
No comments:
Post a Comment